Berita


Berita Terbaru
________________________________________
MARTABAK HOUSE; MARTABAK BERKONSEP RESTO
Mar 26, 2010
Majalahfranchise.com, Semarang – Kini gerai martabak sudah naik kelas. Brand waralaba Martabak House misalnya, sejak tahun 2007 berhasil mengangkat image tentang martabak yang biasanya dijajakan dipinggir jalan dengan gerobak, kini diupgrade dengan gerai martabak sekelas resto.

Paulus Gunawan, sang pemilik brand, menuturkan, awal membuat gerai martabak dengan konsep resto karena ingin memberikan sentuhan yang berbeda dari martabak yang umum dikenal penikmat martabak di Indonesia.

Dengan konsep resto, kata dia, Martabak House ingin mengangkat drajat martabak dari kelas kaki lima menjadi resto.

Ia menuturkan, konsep Martabak House optimis bisa pesat karena melihat prilaku konsumen pada masa sekarang dan masa yang akan datang yang menginginkan sesuatu berbeda dari yang mereka kenal.

Di gerai Martabak House, penikmat martabak bisa langsung disantap di dalam tempat yang nyaman sambil nongkrong beralam-lama.

Sementara, Martabak House juga menjual berbagai jenis martabak. “Di sini kita menjual Martabak Ufo, Steak Martabak. Selain itu, makanan pelengkap pun disediakan seperti Nasi, Ayam Goreng, Kentang Goreng hingga Es Krim dan aneke Juice Buah Segar,” tuturnya.

RASAKAN KELEZATAN MARTABAK STEIK DARI SEMARANG

Jum’at, 10 Agustus 2007 12:43 WIB

Metrotvnews.com, Semarang: Bagi  penggemar martabak, mencicipi martabak di Warung Makan Ben Warg House of Martabak di Semarang, Jawa Tengah, rasanya menjadi keharusan. Di sana, Anda bisa mencoba beragam martabak, mulai steik dan martabak Ufo.

Ben Warg House of Martabak terletak di Jalan Kusumawardani, Semarang. Warung ini memang baru dibuka satu setengah bulan silam. Warung ini menjadi istimewa karena sesuai namanya, menyediakan berbagai menu spesial martabak. Berbagai rasa martabak disajikan pemilik warung, Paulus Gunawan.

Paulus yang sebelumnya koki di sebuah restoran mencoba membuka usaha sendiri dengan membuka kios martabak. Namun, setelah sekian lama, usahanya tak mengalami kemajuan. Paulus pun bereksperimen dengan memberikan beragam rasa dan jenis pada martabaknya. Hasil eksperimen pertamanya adalah martabak steik.

Cara pembuatan martabak steik ini cukup mudah. Martabak yang sudah jadi dicelupkan ke dalam adonan tepung. Setelah itu dibaluskan ke tepung kering dan digoreng hingga matang. Martabak yang sudah matang lalu disajikan dengan goreng kentang, sayutan serta saos, layaknya steik.

Tak dinyana. Martabak steik Paulus ini mendapat sambutan baik pengunjung. Menurut salah satu pelanggan, selain enak, aroma dan bumbu martabak steik Paulus berbeda dengan martabak lainnya.

Paulus lalu menambah menu martabak lainnya, yakni martabak ufo. yang memberikan sensasi lain bagi penikmatnya.

Harga martabak di warung Paulus ini cukup terjangkau. Hanya dengan uang Rp 6.000, Anda bisa menikmati satu porsi martabak. Tak heran, jika warung martabak ini selalu menjadi tujuan utama warga Semarang, khususnya penikmat martabak. Jadi, segeralah mencicipi dan merasakan sensasi kelezatan martabak Ufo

LIPUTAN     : Stasiun METRO TV, Agustus 2007

Catatan : Cikal bakal berdirinya MARTABAK HOUSE Semarang

INSPIRASI
Laba Hangat dari Steak Martabak

Rabu, 1 April 2009 | 10:33 WIB

KOMPAS.com –  Martabak merupakan menu yang sudah akrab di lidah kita. Makanan ini paling enak dinikmati saat masih hangat. Selama ini, Anda mungkin hanya mengenal dua jenis martabak: yakni martabak manis dan telur. Tapi, ini bukan berarti tak ada jenis martabak lain lagi.

Paulus Gunawan mempunyai ide membuat martabak yang unik di kafenya. Ia sengaja menyajikan martabak sebagai menu utama. Pria berusia 38 tahun ini juga menyajikan martabak di atas loyang panas seperti steak. la menamakannya steak martabak atau martabak hot plate.

Tak heran, di kafe miliknya yang bernama Martabak House, orang menik mati martabak ibarat makan nasi. “Di sini, orang makan martabak tidak dibawa pulang, tapi dimakan di tempat,” ungkap Paulus.

Martabak House menyajikan beragam menu martabak, seperti Martabak Ufo, Steak Martabak Bakar, Crispy Martabak, Martabak Mayo, dan sejenisnya. “Semua bermenu martabak, tapi punya bentuk dan cita rasa unik. Misalnya, Crispy Martabak, yakni martabak telor tapi dibikin garing dengan resep tepung khusus,” beber Paulus yang memajang tulisan “Cara asik menikmati martabak” di gerainya.

Berkat keunikan martabak ini, kini Paulus mendulang omzet gede. Tiap bulan, ia bisa mengantongi omzet sebesar Rp 120 juta dari usaha Martabak House di Semarang. Padahal, ia baru mendirikan usaha ini pada Juni 2007. “Sebelumnya, saya sudah jualan martabak di gerobak sejak 1994. Jadi, saya paham betul resep martabak,” paparnya. Setelah sukses di Semarang, pada Desember 2008, Paulus membuka cabang Martabak House di Yogyakarta.

Melihat minat masyarakat semakin tinggi, sejak Februari lalu, Martabak House melebarkan sayap dengan menawarkan konsep kemitraan. “Sudah ada lima orang berminat menjadi mitra, tapi saya tolak,” tutur Paulus. Sebab, para talon mitra mengajukan lokasi usaha yang tidak cocok. Ia yakin, bisnis ini sukses jika berada di lokasi strategis.

Bila Anda berminat jadi mitra, selain punya lokasi usaha yang strategis, Paulus mematok beberapa syarat lain. Pertama, menyiapkan modal sebesar Rp 25 juta sebagai biaya kerjasama selama lima tahun. Selain itu, Anda juga harus merogoh Rp 40 juta untuk investasi peralatan dapur, seperti kompor, tungku, dan sejenisnya. “Bila ditotal, investasi awal mencapai Rp 100 juta sampai Rp 150 juta,” jelasnya.

Paling cepat setahun

Dengan dana investasi awal sebesar itu, mitra bakal mendapat fasilitas peralatan lengkap, pelatihan karyawan, dan bahan baku awal buat usaha senilai Rp 10 juta.

Nantinya, jika bisnis berjalan, mitra wajib setor biaya royalti sebesar 5 persen dari omzet bulanan. Selain itu, agar rasa tetap standar, mitra harus membeli tepung martabak ke Paulus. Harga per bungkus tepung yang cukup buat sekitar tujuh porsi martabak adalah Rp 3.000 – Rp 3.500.

Paulus memperkirakan, mitra bisa balik modal paling cepat setahun dan paling lama dua tahun. Syaratnya, pendapat kotor mitra stabil Rp 4 juta sehari. Jika kurang dari itu atau pengeluarannya lebih mahal, waktu balik modal lebih lambat. Ini terjadi jika mitra membuka usaha di Jakarta dan sekitarnya.

Martabak House Paulus di Semarang bisa jadi gambaran. Saat ini, omzet per bulan mencapai Rp 120 juta. la mengeluarkan Rp 17 juta per tahun buat sewa tempat. Selain itu, ia menghabiskan 50 persen  dari omzet per bulan buat belanja bahan baku dan menggaji 15 karyawannya. “Laba bersih sekitar 20 persen,” ungkapnya. (Dessy Rosalina/Kontan)